Di balik kesuksesan Huawei di pasar smartphone global, salah satu komponen penting yang turut menentukan performa perangkatnya adalah chipset Kirin. Chipset buatan anak perusahaan Huawei, HiSilicon, ini pernah menjadi tulang punggung smartphone flagship Huawei, bersaing langsung dengan prosesor papan atas seperti Snapdragon, Exynos, dan Apple A-Series.
Kirin bukan sekadar prosesor, tetapi simbol dari ambisi Huawei dalam membangun ekosistem teknologi mandiri yang tidak bergantung sepenuhnya pada vendor luar negeri. Meski saat ini produksinya sempat terhenti akibat sanksi AS, peran Kirin dalam perkembangan Huawei tetap monumental.
Sejarah Singkat Kirin
HiSilicon didirikan pada tahun 2004 sebagai divisi semikonduktor Huawei. Awalnya, HiSilicon fokus memproduksi chipset untuk perangkat jaringan dan modem. Namun seiring berkembangnya pasar smartphone, HiSilicon mulai memproduksi SoC (System-on-Chip) untuk ponsel.
Chipset Kirin pertama kali diperkenalkan pada tahun 2012 lewat K3V2, meski saat itu performanya belum bisa menyaingi Snapdragon atau MediaTek. Peningkatan signifikan terjadi ketika Huawei merilis Kirin 920 di tahun 2014 yang bersaing di segmen high-end.
Namun, momentum sesungguhnya datang saat peluncuran Kirin 950 pada 2015, yang sukses mencuri perhatian karena performa CPU dan efisiensi dayanya setara dengan Snapdragon 820. Sejak saat itu, Kirin menjadi andalan di smartphone flagship Huawei seperti seri P dan Mate.
Keunggulan Chipset Kirin
Chipset Kirin dikenal punya beberapa keunggulan dibandingkan pesaingnya:
-
Optimalisasi Hardware-Software
Karena diproduksi sendiri, Huawei dapat mengintegrasikan Kirin secara maksimal dengan EMUI dan HarmonyOS, menghasilkan performa lebih stabil, hemat daya, dan responsif. -
AI Processing Unit
Huawei jadi pelopor dalam menyematkan Neural Processing Unit (NPU) khusus untuk kecerdasan buatan di chipset Kirin. Pertama kali diperkenalkan di Kirin 970, teknologi ini memungkinkan smartphone melakukan pengenalan gambar, manajemen daya, dan pengaturan kamera berbasis AI secara real-time. -
Teknologi Modem 5G Terintegrasi
Chipset Kirin 990 5G menjadi salah satu SoC pertama di dunia yang sudah terintegrasi modem 5G, sehingga lebih hemat daya dibandingkan chipset yang menggunakan modem eksternal. -
Efisiensi Daya Tinggi
Berkat arsitektur dan fabrikasi modern, Kirin selalu dikenal hemat daya, cocok untuk flagship dengan baterai tipis namun performa maksimal.
Sanksi Amerika dan Dampaknya
Perjalanan Kirin mulai menghadapi hambatan serius saat pemerintah AS memberlakukan sanksi dagang terhadap Huawei pada Mei 2019. AS melarang perusahaan Amerika dan mitranya menggunakan teknologi berbasis AS untuk berbisnis dengan Huawei tanpa izin.
Karena pabrik semikonduktor seperti TSMC — yang memproduksi chipset Kirin — menggunakan teknologi AS, mereka harus menghentikan produksi chip Kirin mulai September 2020. Akibatnya, Huawei tidak bisa memproduksi chipset Kirin terbaru untuk flagship mereka.
Sejak saat itu, produksi Kirin praktis terhenti, dan smartphone Huawei yang dirilis setelahnya sebagian besar menggunakan chipset dari MediaTek atau Snapdragon versi modifikasi tanpa 5G.
Kebangkitan Kirin di Tahun 2023
Meski sempat vakum, Huawei berhasil mengejutkan dunia saat meluncurkan Mate 60 Pro pada 2023 yang menggunakan chipset Kirin 9000S. Chip ini diproduksi oleh SMIC, perusahaan semikonduktor Tiongkok, menggunakan teknologi 7nm. Kehadiran Kirin 9000S menjadi simbol kebangkitan Huawei dalam industri chipset, meskipun performanya belum sepenuhnya selevel dengan Snapdragon 8 Gen 2.
Langkah ini menandai kebulatan tekad Huawei untuk kembali memproduksi chipset sendiri tanpa bergantung pada manufaktur luar negeri. Meski masih menghadapi keterbatasan teknologi, Huawei optimis bisa mengembangkan chipset 5nm atau bahkan 3nm dalam beberapa tahun ke depan.
Masa Depan Kirin
Huawei belum sepenuhnya mengumumkan roadmap resmi chipset Kirin selanjutnya. Namun, sinyal kebangkitan Kirin sudah mulai terlihat. Beberapa rumor menyebutkan bahwa Huawei sedang mempersiapkan Kirin 9010 untuk smartphone flagship di tahun-tahun mendatang, meskipun masih dengan tantangan produksi akibat sanksi dagang.
Selain untuk smartphone, Huawei juga berencana memperluas Kirin ke sektor IoT, smart car, dan perangkat wearable. Dengan begitu, ekosistem HarmonyOS bisa berjalan lebih optimal dengan hardware buatan sendiri.
Penutup
Chipset Kirin adalah simbol perjuangan Huawei untuk berdiri di atas kaki sendiri di tengah tekanan geopolitik. Meski sempat dihentikan, kehadiran Kirin 9000S menjadi bukti kemampuan Huawei dan Tiongkok dalam mengejar ketertinggalan di industri semikonduktor.
Jika Huawei berhasil terus mengembangkan Kirin secara mandiri, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Huawei kembali merajai pasar flagship dunia dengan chipset buatan dalam negeri yang tangguh dan efisien. Kirin bukan sekadar prosesor, tetapi lambang kemandirian teknologi di era digital modern.
Baca Juga: Madrid77
Leave a Reply