Dalam beberapa tahun terakhir, Huawei menghadapi tantangan besar akibat sanksi dan pembatasan perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Sanksi tersebut membatasi akses Huawei ke teknologi penting dari perusahaan-perusahaan Amerika, seperti chipset, perangkat lunak, dan layanan Google. Namun, Huawei menunjukkan ketangguhan dan strategi cerdas dalam menghadapi tekanan ini, serta memperkuat upaya kemandirian teknologi yang menjadi kunci kelangsungan dan pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Latar Belakang Sanksi
Pada tahun 2019, pemerintah Amerika Serikat memasukkan Huawei ke dalam daftar entitas yang dilarang untuk berbisnis dengan perusahaan Amerika tanpa izin khusus. Pembatasan ini termasuk larangan penjualan chipset dan akses ke layanan Google Mobile Services (GMS) yang menjadi standar di hampir semua smartphone Android di luar Tiongkok. Dampak langsungnya adalah Huawei harus menghentikan produksi smartphone dengan Google Play Store dan layanan Google lainnya untuk pasar global.
Upaya Huawei Menanggulangi Dampak Sanksi
Meski terhambat, Huawei langsung mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan memperkuat posisi internal:
-
Pengembangan Chipset Mandiri
Huawei mengandalkan anak perusahaan mereka, HiSilicon, yang mengembangkan chipset seri Kirin. Namun, sanksi membuat Huawei kesulitan mendapatkan teknologi fabrikasi dari perusahaan chip seperti TSMC yang berbasis di Taiwan. Sebagai solusi, Huawei berinvestasi dalam pengembangan dan riset chipset lokal dan kerjasama dengan pabrik chip di dalam negeri Tiongkok.
-
Mengembangkan Sistem Operasi HarmonyOS
Untuk mengatasi hilangnya akses ke layanan Google, Huawei mengembangkan HarmonyOS, sistem operasi alternatif yang dapat digunakan pada berbagai perangkat, mulai dari smartphone, tablet, TV, hingga perangkat IoT. HarmonyOS dirancang agar kompatibel dengan aplikasi Android, sehingga pengguna tidak terlalu kehilangan akses ke ekosistem aplikasi.
-
Memperkuat Ekosistem Huawei Mobile Services (HMS)
Huawei menggencarkan pengembangan layanan pengganti Google, seperti Huawei AppGallery sebagai toko aplikasi alternatif, Huawei Mobile Cloud, dan layanan pembayaran Huawei Pay. Upaya ini bertujuan membangun ekosistem yang mandiri dan menarik developer aplikasi untuk berkontribusi.
-
Diversifikasi Bisnis
Selain smartphone, Huawei memperkuat bisnis di sektor jaringan telekomunikasi, layanan cloud, perangkat wearable, dan solusi smart city. Diversifikasi ini membantu mengurangi risiko ketergantungan pada satu lini produk saja.
Inovasi di Tengah Tekanan
Tekanan yang besar justru mendorong Huawei untuk lebih inovatif:
-
Huawei memperkenalkan seri smartphone dengan fitur kamera canggih, baterai tahan lama, dan teknologi 5G mutakhir.
-
Pengembangan AI dan teknologi 5G tetap menjadi prioritas utama, dengan peluncuran jaringan 5G yang sudah tersebar luas di berbagai negara.
-
Ekspansi layanan cloud Huawei Cloud sebagai salah satu pilar bisnis baru yang terus tumbuh pesat.
Tantangan dan Peluang
Walau kemandirian teknologi masih menghadapi berbagai hambatan, seperti keterbatasan fabrikasi chip canggih dan ekosistem aplikasi yang belum seluas Google, Huawei terus mendapatkan dukungan dari pemerintah Tiongkok dan berbagai mitra bisnis lokal.
Peluang terbesar Huawei adalah pertumbuhan pasar teknologi di Tiongkok dan negara berkembang, yang semakin mengutamakan solusi digital dan jaringan 5G.
Kesimpulan
Sanksi yang diterima Huawei merupakan ujian besar, namun perusahaan ini menunjukkan daya tahan dan strategi adaptasi yang luar biasa. Dengan fokus pada pengembangan teknologi mandiri, inovasi produk, dan diversifikasi bisnis, Huawei berupaya mempertahankan posisinya sebagai salah satu raksasa teknologi dunia.
Baca Juga: Madrid77
Leave a Reply