Hari pertama masuk sekolah selalu penuh dengan rasa gugup. Apalagi bagi anak baru yang belum punya teman, belum paham aturan, dan belum hafal jalan ke kantin. Di tengah segala ketegangan itu, kadang tanpa disadari, hati malah menemukan sesuatu yang lebih bergetar: perasaan suka pada seseorang. Ya, jatuh cinta saat masa orientasi bukan hal asing bagi banyak orang.
Tatapan Pertama yang Mengusik
Saat sedang duduk mendengarkan kakak OSIS berbicara di depan, mata kita tak sengaja bertemu tatapan seseorang di barisan lain. Tak ada kata, hanya senyum tipis, tapi jantung langsung berdetak lebih cepat. Kita mungkin tak tahu siapa dia, bahkan belum sempat tahu namanya. Tapi entah kenapa, sosoknya tertinggal di kepala.
Sepulang orientasi, pikiran terus memutar ulang momen singkat itu. Kita mulai bertanya-tanya, “Siapa dia?” “Anak kelas berapa?” “Tinggal di mana ya?” Dari sekian banyak orang yang hadir hari itu, hanya satu yang begitu membekas. Dan dari situlah awal mula rasa suka tumbuh secara diam-diam.
Mencari-Cari Alasan Untuk Dekat
Hari kedua dan ketiga masa orientasi jadi ajang pencarian tak langsung. Kita jadi lebih semangat datang pagi, berharap bisa melihat si dia lagi. Bahkan rela duduk di tempat yang sama, menunggu kemungkinan kecil kalau-kalau dia juga duduk di posisi kemarin.
Ketika nama lengkapnya akhirnya kita ketahui, entah dari papan nama atau bisik-bisik teman, rasanya seperti menemukan harta karun. Kita mulai cari tahu akun media sosialnya, melihat story-nya, atau mencari tahu teman dekatnya. Semua dilakukan diam-diam, dengan hati penuh rasa penasaran.
Masa Orientasi Jadi Lebih Berarti
Biasanya, masa orientasi itu melelahkan. Harus berdiri lama, berpanas-panasan, menghafal yel-yel, dan kadang dimarahi kakak OSIS. Tapi semua itu terasa lebih ringan karena kita punya sesuatu untuk ditunggu: momen melihat dia lagi. Bahkan disuruh lari keliling lapangan pun dijalani dengan senyum, apalagi kalau si dia juga lari di dekat kita.
Teman-teman mungkin tak sadar, tapi kita sedang menyimpan bunga-bunga cinta yang mulai mekar. Kadang senyum sendiri, kadang jadi semangat dandan lebih rapi. Semua karena seseorang yang bahkan belum tahu perasaan ini ada.
Percikan Rasa yang Tak Terencana
Jatuh cinta saat masa orientasi terjadi begitu saja. Tak direncanakan, tak diminta. Tapi hadirnya membuat semua jadi berbeda. Sekolah yang awalnya menakutkan jadi terasa lebih hangat. Kita punya motivasi baru, walau hanya untuk sekadar melihatnya dari jauh.
Perasaan ini tidak selalu berakhir bahagia. Bisa jadi setelah orientasi, kita dan dia tak pernah lagi sekelas, bahkan jarang bertemu. Tapi rasa yang sempat singgah itu tetap menyisakan kenangan manis. Ia mungkin sementara, tapi punya tempat khusus di hati.
Rasa Cinta Pertama yang Murni
Karena masih masa orientasi, rasa suka ini biasanya datang dari ketertarikan yang polos. Bukan karena penampilan semata, tapi karena momen dan suasana. Karena kita sama-sama baru, sama-sama bingung, dan sama-sama menjalani hal yang belum pernah dialami sebelumnya. Di situlah muncul rasa ingin mengenal, rasa ingin dekat, tanpa pamrih dan tanpa ekspektasi tinggi.
Perasaan seperti ini murni dan jujur. Tidak dibumbui gengsi, tidak dikotori ambisi. Hanya rasa suka yang sederhana: melihat dia membuat hari jadi lebih baik. Dan itu sudah cukup.
Ketika Saling Menyadari
Kadang, keajaiban kecil terjadi. Si dia juga memperhatikan kita. Mungkin dari senyum yang sama-sama dilemparkan, dari sapa kecil saat berpapasan, atau dari cara dia tiba-tiba memulai obrolan saat istirahat. Dunia seketika terasa lebih indah.
Obrolan singkat bisa jadi momen yang sangat berarti. Dari tanya nama, lanjut ke tanya asal sekolah, lalu mungkin saling tukar akun media sosial. Di situlah semuanya mulai berkembang. Bukan lagi sekadar tatapan, tapi jadi pertemanan. Dan kalau beruntung, bisa jadi lebih dari itu.
Saat Cinta Tak Dibalaskan
Tapi tidak semua kisah orientasi berakhir bahagia. Kadang dia sudah punya pacar. Kadang dia tak menanggapi. Kadang justru tak sadar bahwa kita suka padanya. Itu menyakitkan, tapi juga bagian dari perjalanan.
Dari situ kita belajar bahwa cinta tidak selalu harus memiliki. Kadang cukup dengan melihatnya bahagia. Kadang cukup dengan mengingat bahwa kita pernah suka pada seseorang begitu dalamnya, hanya karena beberapa hari bersama di masa orientasi.
Kenangan Yang Tak Pernah Hilang
Meski sudah lama berlalu, cinta yang hadir saat masa orientasi akan selalu menjadi bagian dari kenangan sekolah. Saat reuni, kita akan mengingat kembali wajah-wajah yang dulu pernah mencuri perhatian. Mungkin sekarang kita bisa menertawakannya, tapi saat itu, semua terasa nyata dan begitu mendebarkan.
Jatuh cinta di masa orientasi adalah salah satu bukti bahwa hati manusia punya cara unik untuk mengenali rasa. Di tengah kekacauan hari pertama, di balik rasa takut dan canggung, hati justru bisa menemukan getaran yang indah.
Dan meski hanya sebentar, rasa itu akan selalu punya tempat tersendiri dalam cerita hidup kita.
Baca Juga: madrid778
Leave a Reply