My blog

Just another WordPress site

Kenangan Cinta di Lorong Sekolah

Lorong sekolah, tempat yang seringkali hanya dianggap jalur lalu lalang antar kelas, ternyata menyimpan begitu banyak cerita. Salah satu yang paling membekas adalah kenangan cinta di lorong sekolah—pertemuan singkat, tatap-tatapan diam, dan senyum malu-malu yang hanya bisa dirasakan tanpa pernah benar-benar diucapkan.

Waktu itu, cinta terasa sederhana. Hanya dengan berjalan berpapasan di lorong, hati bisa berdebar seperti ingin melompat keluar dari dada. Tidak ada genggaman tangan, tidak ada janji manis, tapi cukup dengan melihat sosok yang disukai lewat dan menyapa dengan suara lirih, semua hari langsung terasa lebih baik.

Awal Mula Tatapan

Cinta di masa sekolah seringkali berawal dari hal yang sangat kecil. Bisa jadi dari saling tidak sengaja bertabrakan saat bel istirahat berbunyi, atau saat kamu sedang tergesa dan dia membantu mengangkat buku yang jatuh. Momen sekilas itu lalu tumbuh jadi perasaan yang sulit dijelaskan.

Lorong sekolah jadi tempat yang paling ditunggu-tunggu untuk bertemu. Meski tidak punya keberanian menyapa lebih dulu, tapi cukup melihat dia dari kejauhan sudah mampu membuat hari menjadi berwarna. Bahkan ada yang sengaja menunda masuk kelas, hanya supaya bisa berjalan bersamaan atau sekadar bertemu pandang.

Waktu yang Terasa Cepat Saat Lewat Depannya

Rasa gugup saat mendekatinya di lorong begitu nyata. Rasanya seperti ingin bersembunyi, tapi juga ingin terus berada di sana. Waktu berjalan lambat sebelum bertemu, tapi begitu dia lewat, semuanya terasa seperti angin lalu—cepat, singkat, dan hanya menyisakan degup kencang di dada.

Setiap detik itu berharga. Wajah yang tersenyum sambil menyapa ringan, atau tatapan mata yang terkesan acuh padahal bikin tidak bisa tidur semalaman, semuanya jadi bagian dari kenangan yang tidak tergantikan. Bahkan hanya untuk berjalan bersisian tanpa bicara pun, rasanya seperti mimpi kecil yang terkabul.

Rahasia-Rahasia Kecil dengan Teman Dekat

Setiap cerita cinta diam-diam di lorong sekolah, hampir selalu dibarengi dengan sahabat terpercaya. Mereka yang tahu siapa yang sedang kita suka, yang ikut tegang saat si dia lewat, dan ikut tersenyum geli saat kita salting tak karuan. Mereka yang memberi semangat, “Ayo, sapa dia!” meski akhirnya kita hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung.

Bersama teman dekat, lorong sekolah bukan sekadar jalan. Ia menjadi panggung diam-diam tempat cinta tumbuh dalam keheningan dan tawa-tawa kecil. Setiap momen yang terjadi di lorong akan diceritakan berulang-ulang saat jam kosong atau pulang sekolah. Dan meski ceritanya itu-itu saja, tetap saja terasa seru dan menyenangkan.

Lorong yang Menjadi Saksi

Lorong sekolah adalah saksi bisu dari banyak perasaan yang tidak pernah diungkap. Di sana ada pertemuan pertama, ada keinginan untuk menyapa tapi tak jadi, ada pandangan yang tertangkap dan cepat-cepat dialihkan. Bahkan ada juga perpisahan yang tak pernah benar-benar diucapkan, hanya lewat tatapan yang terasa berat.

Terkadang, lorong yang sempit itu terasa luas saat dia ada di ujung sana. Tapi bisa juga terasa sempit saat dia berjalan bersama orang lain, bukan dengan kita. Dari lorong itu kita belajar bahwa cinta tak selalu bisa dimiliki, tapi bisa dinikmati dari kejauhan, cukup dengan melihat dia bahagia.

Saat Perasaan Tak Pernah Terucap

Cinta di lorong sekolah kebanyakan adalah cinta yang tak pernah sempat diungkap. Entah karena malu, takut ditolak, atau karena terlalu menikmati rasa itu dalam diam. Kita lebih memilih menyimpannya rapat-rapat, karena rasanya sudah cukup indah meski hanya dalam bentuk tatapan dan senyum.

Tahun demi tahun berlalu, kita lulus dan mulai menjalani kehidupan baru. Tapi saat melewati sekolah lama atau melihat foto zaman sekolah, lorong itu muncul kembali dalam ingatan. Kita teringat lagi pada siapa yang dulu kita tatap dari kejauhan, siapa yang kita sukai diam-diam, dan bagaimana perasaan itu tak pernah benar-benar hilang.

Ketika Masa Dewasa Menyadarkan Kita

Kini, setelah dewasa, kita menyadari bahwa cinta yang sederhana seperti di lorong sekolah itu sangat langka. Tak ada drama, tak ada tuntutan, hanya perasaan yang tumbuh tulus tanpa syarat. Rasa yang tidak dipaksakan, dan tak pernah menuntut balasan.

Justru karena tak pernah terucap, perasaan itu jadi abadi dalam ingatan. Tidak ada patah hati karena penolakan, tidak ada sakit karena pengkhianatan. Hanya ada kenangan manis yang selalu bisa dibuka kembali kapan saja kita mau.

Dan kalaupun suatu hari kita bertemu lagi dengannya, mungkin kita hanya akan saling senyum dan menyapa ramah, lalu tersenyum dalam hati, “Dulu, kamu yang aku suka diam-diam di lorong sekolah.”

Cinta yang Tak Pernah Mati

Meski hanya sebentar, kenangan cinta di lorong sekolah akan selalu hidup. Bukan karena masih mencintai, tapi karena perasaan itu mengajarkan kita apa artinya menyayangi seseorang tanpa mengganggu kehidupannya. Menyukai tanpa mengikat, dan menikmati perasaan tanpa harus memiliki.

Lorong sekolah adalah tempat cinta pertama tumbuh bagi banyak orang. Dan bagi sebagian dari kita, itu adalah satu-satunya tempat di mana kita pernah benar-benar mencintai seseorang dalam bentuk paling murni: tanpa tuntutan, tanpa ekspektasi, hanya dengan diam dan rindu.

Baca Juga: madrid778

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *