My blog

Just another WordPress site

Hanya Aku yang Mencintaimu Diam

Hanya Aku yang Mencintaimu Diam

Mencintai dalam diam adalah bentuk cinta paling sunyi dan paling menyakitkan. Tak ada kata yang terucap, tak ada pengakuan yang dikatakan langsung, hanya hati yang berbisik pelan setiap kali namamu disebut. Di tengah keramaian, aku tetap merasa sendiri, karena cinta ini hanya aku yang tahu, hanya aku yang merasakannya.

Setiap hari aku melihatmu. Mendengarkan tawamu, menyimak ceritamu, memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin tak pernah kau sadari. Aku mengingat semuanya — caramu memainkan rambut, gaya bicaramu saat antusias, bahkan ekspresimu ketika sedang lelah. Tapi kau tak pernah benar-benar melihatku. Tidak seperti aku melihatmu.

Rasanya seperti menulis surat panjang yang tak pernah dikirim. Semua perasaan ini tersimpan rapi dalam hati, dan setiap kali aku ingin mengungkapkannya, aku kembali mundur. Aku tahu, cinta yang kupendam ini mungkin tak akan pernah mendapat tempat di hatimu. Tapi tetap saja, aku tak bisa memaksa hati untuk berhenti mencintaimu.

Diam-diam aku cemburu saat kau bercerita tentang orang lain. Tentang seseorang yang membuatmu tersenyum lebih cerah dari biasanya. Tentang perhatian kecil yang kau terima dari orang yang bukan aku. Aku hanya bisa mendengarkan, menahan sesak di dada, lalu tersenyum seperti tidak ada apa-apa. Karena aku hanya temanmu. Dan teman tak boleh cemburu, bukan?

Dalam cinta diam, aku belajar mencintai tanpa berharap. Aku belajar bahwa kebahagiaan tak selalu berarti memiliki. Bahwa melihatmu bahagia, meski bukan bersamaku, kadang cukup untuk membuatku bertahan. Tapi tetap saja, malam-malamku penuh dengan pertanyaan: apakah kau pernah sedikit saja merasakan yang sama?

Waktu berjalan, perasaan ini tak juga pudar. Bahkan ketika aku mencoba menjauh, mengalihkan perhatian, atau membuka hati pada orang lain — pada akhirnya, pikiranku tetap kembali padamu. Seolah-olah hanya kamu yang bisa membuat detak jantungku berubah ritmenya. Seolah-olah hanya kamu yang bisa mengisi ruang kosong itu.

Banyak orang berkata, ungkapkan saja. Siapa tahu dia merasakan hal yang sama. Tapi bagaimana jika tidak? Bagaimana jika kejujuran justru menghancurkan apa yang selama ini ada? Bagaimana jika setelah aku jujur, kau menjauh? Bagi orang lain mungkin itu risiko yang layak diambil, tapi bagiku, kehilanganmu sepenuhnya jauh lebih menakutkan daripada memendam rasa ini sendirian.

Aku pun mulai bertanya pada diri sendiri: sampai kapan aku akan begini? Sampai kapan aku akan mencintai seseorang yang bahkan mungkin tidak tahu bahwa ia sedang dicintai? Sampai kapan aku akan bersembunyi di balik perhatian kecil dan tatapan yang hanya kulayangkan diam-diam?

Mencintai dalam diam itu melelahkan. Tapi aku juga sadar, tidak semua cinta harus diungkapkan. Ada cinta yang memang hadir untuk mengajarkan kita tentang ketulusan. Tentang mencintai tanpa mengharapkan imbalan. Dan memberi tanpa berharap kembali Tentang mengikhlaskan, meskipun itu sangat menyakitkan.

Lambat laun, aku mulai belajar melepaskan. Bukan berarti berhenti mencintai, tapi berhenti menyakiti diri sendiri. Aku mulai menerima bahwa mungkin cinta ini memang hanya untukku. Bahwa kamu adalah bagian dari perjalanan yang mengajarkanku arti kesabaran, ketulusan, dan kedewasaan.

Jika suatu saat kamu membaca tulisan ini, entah bagaimana caranya, dan kamu menyadari bahwa ini tentangmu — ketahuilah bahwa aku mencintaimu dengan sangat. Aku mencintaimu dalam diam yang panjang, dalam doa-doa yang lirih, dalam harapan yang tak pernah aku ucapkan.

Tapi kini, aku memilih untuk mencintai diriku sendiri lebih dulu. Karena aku layak bahagia. Aku layak dicintai, bukan hanya menjadi pencinta dalam bayangan. Aku layak mendapatkan seseorang yang tidak hanya hadir, tapi juga melihat. Seseorang yang akan memelukku, bukan hanya lewat tawa, tapi juga dalam perasaan yang sama.

Jika kamu bukan orang itu, maka aku akan mengikhlaskanmu. Meski dengan air mata. Meski dengan hati yang retak. Karena aku tahu, mencintaimu dalam diam sudah cukup mengajarkanku bahwa cinta sejati tak selalu harus memiliki.

Baca Juga: madrid77

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *