My blog

Just another WordPress site

Rindu Diam-Diam Pada Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah masa yang penuh warna. Banyak hal terjadi—persahabatan, kenakalan kecil, mimpi-mimpi besar, dan tentu saja… cinta diam-diam. Cinta yang tak pernah benar-benar diungkapkan, hanya cukup dipendam, dirasa, dan dibawa pulang ke rumah dalam bentuk senyum sendiri. Mungkin hanya sebatas menatap dari jauh, menunggu di lorong, atau sekadar bahagia saat dia menyapa lebih dulu. Itulah rindu diam-diam waktu sekolah yang begitu manis tapi juga menyiksa.

Rindu ini tak selalu bersuara, tapi tumbuh di setiap detik kebersamaan yang tak pernah cukup. Terkadang justru cinta seperti ini yang paling membekas, karena tidak pernah sempat diungkapkan hingga akhirnya hanya menjadi kenangan yang terus hidup dalam ingatan.

Tatapan dari Bangku Belakang

Setiap orang pasti pernah mengalami fase di mana dia hanya bisa mengagumi seseorang dari kejauhan. Entah itu teman sekelas, kakak OSIS, atau bahkan guru olahraga yang karismatik. Waktu sekolah adalah saat yang sempurna untuk jatuh cinta diam-diam—tidak butuh alasan kuat, cukup karena dia tersenyum atau sekadar menyapamu dengan “udah PR-nya?”

Duduk di bangku belakang saat dia ada di depan kelas terasa seperti momen berharga. Tatapan dari jauh itu menjadi rutinitas yang ditunggu-tunggu. Rasanya deg-degan, jantung berdebar cepat tapi juga penuh rasa hangat. Tak ada yang tahu, dan memang tidak perlu tahu, karena mencintai dalam diam sudah cukup membahagiakan.

Mencari-Cari Alasan untuk Dekat

Kita mulai mencari cara agar bisa lebih dekat, meski hanya sebentar. Bertanya hal sepele padahal sudah tahu jawabannya. Menawarkan bantuan, meski sebenarnya kita juga sedang kesulitan. Berusaha lewat depan kelasnya saat pergantian jam, atau sengaja datang lebih pagi untuk “kebetulan” ketemu.

Kadang rindu diam-diam itu begitu kreatif. Segala hal kecil yang dia lakukan bisa jadi pemicu senyum sepanjang hari. Sekalipun hanya melihat dia tertawa dengan teman-temannya, itu sudah cukup membuat hati penuh. Dan yang lebih lucu, kadang kita bahkan tak sadar bahwa dia mungkin sama sekali tak pernah menyadari keberadaan kita sebesar itu.

Menyimpan Nama di Hati dan Buku Catatan

Tidak sedikit dari kita yang menuliskan nama dia di buku catatan, di pojok lembar belakang, atau menyusun inisialnya dengan kita dalam bentuk kode rahasia. Masa sekolah punya cara tersendiri untuk membuat perasaan rindu diam-diam terasa istimewa.

Kita menulis tentangnya di buku harian, atau membuat lirik lagu khayalan seolah dia tahu semua isi hati ini. Padahal setiap hari hanya berani melihat dari jauh. Mungkin kita pernah merangkai kata dalam puisi, atau menggambar wajahnya secara tak sadar saat guru menerangkan pelajaran.

Diam-diam, rindu menjadi bagian dari rutinitas harian.

Ketakutan Akan Penolakan

Salah satu alasan rindu diam-diam terus dipendam adalah rasa takut. Takut kalau dia tidak merasa hal yang sama. Takut dianggap aneh, takut pertemanan jadi canggung, atau bahkan takut menjadi bahan candaan satu sekolah. Ketakutan itu membuat banyak hati remaja memilih diam.

Padahal ada keinginan besar untuk bilang: “Aku suka kamu,” tapi mulut tak pernah benar-benar bisa melakukannya. Dan akhirnya, rindu itu terus tersimpan rapat, sambil berharap waktu bisa memberi kesempatan lain.

Namun seringkali waktu justru membawa kita menjauh darinya.

Waktu Berlalu, Rindu Tak Habis

Lulus sekolah membawa semua orang ke arah yang berbeda. Ada yang ke luar kota, ada yang menikah muda, dan ada yang menghilang dari radar sosial media. Tapi rindu diam-diam itu, entah kenapa, tetap tinggal. Ia mungkin tak sekuat dulu, tapi selalu muncul saat melihat nama yang familiar, wajah yang serupa, atau mendengar lagu yang sering diputar waktu SMA.

Rindu itu bukan lagi tentang ingin memilikinya, tapi tentang kenangan akan betapa polos dan tulusnya perasaan saat itu. Kita tak menuntut apapun, hanya ingin dekat, hanya ingin tahu kabarnya. Itu saja cukup.

Ketika Akhirnya Bertemu Lagi

Mungkin suatu hari kita dipertemukan kembali. Entah di reuni sekolah, di pernikahan teman, atau tak sengaja bertemu di minimarket. Saat itu, jantung kembali berdebar seperti dulu. Tapi kali ini, bukan karena cinta, melainkan karena kenangan yang begitu kuat.

Kita mungkin hanya saling sapa, tertawa basa-basi, dan menyadari betapa waktu telah membawa kita begitu jauh dari masa itu. Tak ada lagi perasaan ingin memiliki, hanya rasa hangat yang tulus: “Aku pernah menyukaimu diam-diam, dan itu masa yang indah.”

Rindu yang Jadi Kenangan Abadi

Rindu diam-diam waktu sekolah bukan rindu yang menyakitkan. Ia bukan luka, tapi bunga yang mekar dalam ingatan. Meski tak berbalas, meski tak pernah jadi nyata, rindu itu tetap punya tempat di hati. Karena dari sana, kita belajar bagaimana mencintai tanpa syarat, tanpa pamrih, dan tanpa tuntutan.

Dan mungkin, dari semua jenis cinta yang pernah kita rasakan, cinta diam-diam saat sekolah adalah yang paling murni. Tidak diwarnai harapan berlebihan, hanya ingin melihat dia bahagia—meskipun bukan bersama kita.

Baca Juga: madrid778

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *