My blog

Just another WordPress site

Cara Mengatasi Anak Tantrum di Rumah

Cara Mengatasi Anak Tantrum di Rumah

Tantrum adalah ledakan emosi yang sering terjadi pada anak usia 1 hingga 5 tahun, ditandai dengan tangisan keras, teriakan, melempar barang, atau bahkan menggulingkan badan di lantai. Ini merupakan bagian normal dari perkembangan anak, terutama ketika mereka belum mampu mengungkapkan perasaan atau keinginannya dengan kata-kata. Meski umum, tantrum tetap menjadi tantangan besar bagi orang tua, khususnya jika terjadi di rumah dan berulang setiap hari.

Menangani tantrum dengan benar sangat penting agar tidak menjadi kebiasaan jangka panjang dan tidak berdampak negatif terhadap perkembangan emosi anak. Berikut adalah cara-cara efektif dan penuh empati untuk mengatasi anak tantrum di rumah.


1. Pahami Penyebab Tantrum

Tantrum bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:

  • Anak merasa lapar, lelah, atau tidak nyaman
  • Tidak bisa mengungkapkan apa yang diinginkan
  • Merasa frustasi karena sesuatu tidak berjalan sesuai harapan
  • Mencari perhatian orang tua
  • Menguji batasan atau aturan yang ditetapkan

Dengan memahami penyebab tantrum, orang tua bisa merespons dengan lebih tenang dan tepat.


2. Tetap Tenang dan Jangan Ikut Emosi

Saat anak tantrum, hal paling penting yang harus dilakukan orang tua adalah tetap tenang. Jangan membalas dengan teriakan atau hukuman fisik, karena ini hanya akan memperburuk situasi dan mengajarkan anak bahwa ledakan emosi adalah cara menyelesaikan masalah.

Ambil napas dalam-dalam, bicara dengan suara lembut, dan tunggu sampai anak sedikit tenang sebelum mulai berdialog.


3. Validasi Perasaan Anak

Anak tantrum karena belum tahu cara yang tepat untuk mengekspresikan perasaan. Alih-alih langsung menyuruh diam atau mengatakan “jangan nangis!”, lebih baik ucapkan kalimat seperti:

  • “Kakak marah ya karena mainannya rusak?”
  • “Adik sedih karena tidak boleh makan permen sekarang?”

Validasi perasaan tidak berarti membenarkan perilaku tantrum, tetapi membantu anak memahami emosinya sendiri dan merasa didengar.


4. Beri Pelukan atau Sentuhan Fisik

Beberapa anak justru lebih mudah tenang jika diberi pelukan hangat saat tantrum. Sentuhan fisik yang lembut bisa membantu meredakan emosi mereka, apalagi jika tantrum dipicu rasa takut atau lelah.

Namun, pastikan anak tidak menolak disentuh. Jika mereka justru marah saat didekati, beri ruang terlebih dahulu dan tunggu sampai mereka siap menerima kehadiran orang tua.


5. Alihkan Perhatian Anak

Anak usia dini mudah teralihkan perhatiannya. Jika tanda-tanda tantrum mulai muncul, coba alihkan dengan sesuatu yang menarik seperti mainan favorit, lagu, atau aktivitas yang mereka sukai.

Misalnya, saat anak mulai rewel karena tidak boleh makan permen, alihkan dengan mengajak mereka membantu menyiapkan camilan sehat di dapur. Teknik ini efektif untuk mencegah tantrum berkembang menjadi ledakan besar.


6. Tetapkan Batasan dengan Konsisten

Tantrum sering kali muncul saat anak menolak batasan yang dibuat orang tua. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan aturan yang jelas dan konsisten, seperti waktu tidur, batasan menonton TV, atau kapan harus berhenti bermain.

Jika anak tantrum karena tidak mendapat apa yang diminta, jangan langsung mengalah hanya demi membuatnya diam. Ini akan mengajarkan bahwa tantrum adalah cara efektif untuk mendapatkan keinginan.


7. Berikan Pilihan, Bukan Perintah

Anak merasa lebih berdaya jika diberi pilihan, bukan dipaksa. Misalnya:

  • Daripada mengatakan “Sekarang mandi!”, katakan “Mau mandi pakai air hangat atau dingin?”
  • Alih-alih berkata “Kakak harus makan sayur ini!”, coba tawarkan “Mau sayur wortel dulu atau bayam dulu?”

Dengan pilihan, anak merasa memiliki kontrol atas hidupnya dan lebih kooperatif dalam mengikuti aturan.


8. Jadwalkan Rutinitas Harian

Rutinitas yang teratur membantu anak merasa aman dan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Anak yang memiliki rutinitas makan, tidur, dan bermain yang konsisten lebih jarang mengalami tantrum karena tubuh dan emosinya lebih stabil.

Cobalah membuat jadwal harian sederhana dan tampilkan dalam bentuk gambar agar mudah dipahami oleh anak usia dini.


9. Bicara Setelah Tantrum Usai

Setelah anak tenang, luangkan waktu untuk berbicara dengan nada lembut. Ajak anak mengingat kembali kejadian tadi, lalu bantu mereka menamai emosi dan memahami apa yang bisa dilakukan di lain waktu.

Misalnya, “Tadi kamu marah karena tidak boleh main terus. Lain kali, kalau marah, kita bisa bicara ya, bukan teriak-teriak.”

Ini akan membantu anak membangun keterampilan regulasi emosi dan komunikasi yang lebih baik ke depannya.


10. Beri Apresiasi untuk Perilaku Positif

Sering kali kita hanya fokus pada perilaku negatif dan lupa menghargai saat anak bersikap baik. Mulailah membiasakan memberikan pujian tulus saat anak berhasil mengatur emosinya atau mengikuti aturan tanpa mengamuk.

Ucapan seperti “Mama senang kamu tadi bisa sabar nunggu giliran” akan memperkuat perilaku positif dan menumbuhkan rasa bangga dalam diri anak.


Tantrum adalah fase normal dalam proses tumbuh kembang anak. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua meresponsnya dengan sabar, bijak, dan penuh cinta. Dengan pendekatan yang konsisten dan penuh pengertian, anak akan belajar mengelola emosinya dengan lebih baik seiring waktu.

Baca Juga: Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *