My blog

Just another WordPress site

Perjalanan Persib Bandung di Era Liga 1

Sejak Liga 1 Indonesia resmi bergulir pada 2017, kompetisi kasta tertinggi sepak bola nasional ini menjadi ajang pembuktian bagi klub-klub besar Tanah Air, termasuk Persib Bandung. Sebagai salah satu klub legendaris dengan basis suporter fanatik, Persib tentu tak bisa lepas dari sorotan. Bagaimana perjalanan Persib selama era Liga 1? Mari kita ulas secara lengkap.

Liga 1 2017: Awal yang Belum Stabil

Musim pertama Liga 1 menjadi momen transisi bagi banyak klub, termasuk Persib. Saat itu, Persib mendatangkan sejumlah pemain bintang seperti Michael Essien, Carlton Cole, Raphael Maitimo, hingga Vladimir Vujovic.

Kehadiran Michael Essien, mantan pemain Chelsea dan Real Madrid, menjadi sorotan besar. Transfer Essien ke Persib bahkan mendapat perhatian media internasional karena jarang ada pemain sekelasnya bermain di Asia Tenggara.

Namun, di atas kertas, Persib gagal tampil konsisten. Pergantian pelatih dari Djadjang Nurdjaman ke Emral Abus hingga Herrie Setiawan tak mampu mengangkat performa tim secara signifikan. Persib akhirnya finis di posisi 13 klasemen akhir, hasil yang jauh dari ekspektasi Bobotoh.

Liga 1 2018: Semangat Baru di Tengah Kontroversi

Di musim kedua, Persib mencoba bangkit dengan mendatangkan pelatih asal Argentina, Mario Gomez. Beberapa pemain asing berkualitas seperti Jonathan Bauman, Bojan Malisic, dan Ezechiel N’Douassel juga didatangkan untuk memperkuat lini depan.

Performa Persib sempat impresif dan menjadi kandidat juara. Mario Gomez menerapkan strategi menyerang cepat yang membuat Persib tampil agresif. Hingga pertengahan musim, Persib bahkan sempat memuncaki klasemen.

Sayangnya, kompetisi Liga 1 2018 diwarnai tragedi saat salah satu Bobotoh, Haringga Sirla, meninggal dunia sebelum laga kontra Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Insiden ini membuat laga ditunda dan Persib mendapat sanksi berat berupa larangan bermain di kandang tanpa penonton hingga akhir musim.

Dampak dari sanksi tersebut cukup besar. Persib kehilangan momentum dan performa mulai menurun di putaran kedua. Akhirnya, Persib harus puas finis di posisi ke-4 klasemen akhir.

Liga 1 2019: Perubahan dan Inkonsistensi

Musim 2019 menjadi musim penuh perubahan. Persib menunjuk Robert Rene Alberts sebagai pelatih kepala, menggantikan Miljan Radovic yang hanya sebentar menangani tim.

Di bawah asuhan Robert Alberts, Persib mengalami naik-turun performa. Ezechiel N’Douassel tetap menjadi andalan di lini depan, sementara di lini tengah ada Omid Nazari dan Abdul Aziz yang mulai menunjukkan performa menjanjikan.

Persib memulai musim dengan hasil kurang memuaskan, tapi perlahan bangkit di paruh kedua. Kemenangan beruntun di akhir musim membawa Persib naik ke peringkat 6 klasemen. Meskipun belum sesuai target juara, posisi tersebut menjadi modal bagus menghadapi musim berikutnya.

Liga 1 2020: Kompetisi Dihentikan

Musim 2020 sebetulnya menjadi musim yang sangat dinantikan. Persib tampil meyakinkan di awal musim, meraih tiga kemenangan beruntun, dan memuncaki klasemen sementara.

Namun, pandemi COVID-19 membuat kompetisi dihentikan setelah pekan ketiga. Kondisi tersebut membuat harapan Persib meraih gelar tertunda. Liga 1 2020 akhirnya dinyatakan batal tanpa ada juara dan degradasi.

Liga 1 2021-2022: Konsisten di Papan Atas

Setelah vakum, Liga 1 kembali bergulir pada 2021 dengan sistem bubble tanpa penonton di awal musim. Persib mempertahankan Robert Rene Alberts dan skuad mayoritas tetap.

Di musim ini, Persib tampil stabil dan konsisten. Duet David da Silva dan Ciro Alves menjadi andalan di lini depan, didukung lini tengah solid yang diisi Marc Klok, Beckham Putra, dan Rashid.

Persib bersaing ketat dengan Bali United dan Arema FC di papan atas. Meski sempat berada di posisi dua besar, akhirnya Persib harus puas di peringkat kedua di bawah Bali United.

Meski gagal juara, hasil ini merupakan pencapaian terbaik Persib di era Liga 1 hingga saat ini.

Liga 1 2023-2024: Harapan Baru Bersama Luis Milla

Musim 2023-2024, Persib menunjuk Luis Milla, pelatih asal Spanyol yang pernah menangani Timnas Indonesia. Kehadiran Milla disambut antusias karena dinilai memiliki filosofi permainan menyerang dan mampu memaksimalkan potensi pemain muda.

Persib kembali menunjukkan grafik positif. Beckham Putra, Ezra Walian, dan Robi Darwis tampil impresif di bawah arahan Milla. Sementara itu, David da Silva menjadi top skor klub.

Persib bersaing ketat di papan atas dan kembali mengincar gelar juara. Meski persaingan ketat dengan tim-tim seperti Madura United, Borneo FC, dan Bali United berlangsung hingga akhir musim, Persib tetap konsisten.

Harapan Bobotoh

Bobotoh berharap agar di musim-musim mendatang, Persib bisa kembali meraih gelar juara Liga 1. Selain itu, ekspektasi untuk bisa tampil di kompetisi Asia seperti AFC Cup juga menjadi target yang terus digaungkan.

Dengan dukungan suporter yang luar biasa, manajemen yang mulai profesional, dan materi pemain yang solid, peluang itu selalu terbuka.

Penutup

Perjalanan Persib Bandung di era Liga 1 penuh warna. Mulai dari ekspektasi tinggi, inkonsistensi, tragedi, hingga kembali bangkit ke papan atas. Dengan fondasi yang terus diperbaiki, Persib berpotensi menjadi kampiun di musim-musim mendatang.

Baca Juga:

Rivalitas Persib Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *