Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel darah putih jenis CD4, yang berperan penting dalam melawan infeksi. Jika tidak ditangani, HIV bisa berkembang menjadi kondisi yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu tahap lanjut dari infeksi HIV di mana sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, sehingga tubuh rentan terhadap berbagai infeksi oportunistik dan kanker.
Meski HIV masih menjadi isu kesehatan global, kemajuan ilmu kedokteran saat ini memungkinkan penderita HIV untuk hidup sehat dan produktif dengan pengobatan antiretroviral (ARV) yang tepat. Namun, pemahaman masyarakat tentang penyakit ini masih minim, sering kali diiringi stigma dan diskriminasi terhadap para pengidapnya.
Apa Itu HIV dan AIDS?
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang muncul akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh oleh HIV di tahap lanjut. Tidak semua orang dengan HIV langsung mengalami AIDS. Dengan deteksi dini dan pengobatan rutin, seseorang dengan HIV bisa hidup sehat selama puluhan tahun tanpa pernah mencapai tahap AIDS.
Virus HIV bekerja dengan menyerang dan menghancurkan sel CD4. Semakin sedikit jumlah sel CD4, semakin lemah kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Saat jumlah CD4 sangat rendah, berbagai penyakit serius yang disebut infeksi oportunistik bisa dengan mudah menyerang.
Cara Penularan HIV
HIV hanya dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh tertentu dari orang yang sudah terinfeksi. Cairan tubuh tersebut meliputi:
-
Darah
-
Cairan sperma
-
Cairan vagina
-
Cairan anus (rektal)
-
Air susu ibu (ASI)
Ada beberapa cara umum penularan HIV, antara lain:
-
Hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang mengidap HIV, baik melalui vaginal, anal, maupun oral, apalagi jika ada luka atau sariawan di mulut.
-
Berbagi jarum suntik yang tidak steril, biasanya pada pengguna narkoba suntik atau prosedur medis di tempat yang tidak memenuhi standar kesehatan.
-
Dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
-
Transfusi darah yang tidak disaring atau berasal dari pendonor HIV-positif. Namun, hal ini sangat jarang terjadi di negara yang memiliki sistem skrining darah yang baik.
HIV tidak menular melalui sentuhan biasa, bersalaman, pelukan, batuk, bersin, menggunakan toilet bersama, berenang di kolam yang sama, atau berbagi peralatan makan.
Gejala HIV
Gejala HIV bervariasi tergantung pada stadium infeksinya. Biasanya terbagi menjadi tiga fase:
-
Fase Akut (2–4 minggu setelah terinfeksi)
Pada fase ini, virus berkembang biak dengan cepat. Gejala yang muncul mirip flu, seperti:-
Demam
-
Sakit kepala
-
Ruam kulit
-
Nyeri otot
-
Sakit tenggorokan
-
Pembengkakan kelenjar getah bening
-
-
Fase Laten (asymptomatic)
Pada fase ini, penderita tidak menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Meski begitu, virus tetap aktif di dalam tubuh dan secara perlahan merusak sistem kekebalan. -
Fase AIDS
Jika tidak diobati, HIV bisa berkembang menjadi AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan sangat lemah dan penderita mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia, TBC, meningitis, atau kanker tertentu.
Diagnosis HIV
Satu-satunya cara untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV adalah melalui tes darah. Tes ini bisa mendeteksi antibodi terhadap HIV, antigen virus, atau materi genetik HIV di dalam darah. Jenis pemeriksaan HIV antara lain:
-
Tes antibodi: Mendeteksi antibodi terhadap HIV, biasanya bisa diketahui 3–12 minggu setelah terinfeksi.
-
Tes antigen/antibodi kombinasi: Bisa mendeteksi HIV lebih cepat, sekitar 2–6 minggu setelah paparan.
-
Tes PCR (Polymerase Chain Reaction): Mendeteksi materi genetik virus HIV, sering digunakan untuk bayi yang lahir dari ibu HIV-positif.
Semakin dini seseorang didiagnosis, semakin besar peluangnya untuk menjalani hidup normal dengan pengobatan.
Pengobatan HIV
Hingga saat ini, belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan HIV. Namun, HIV bisa dikendalikan dengan terapi antiretroviral (ARV). Obat ini tidak membunuh virus, tetapi mencegahnya berkembang biak sehingga jumlah virus (viral load) dalam tubuh menurun ke tingkat yang tidak terdeteksi.
Dengan rutin minum ARV setiap hari seumur hidup, orang dengan HIV bisa hidup sehat, produktif, dan bahkan memiliki harapan hidup yang sama dengan orang tanpa HIV. Selain itu, dengan viral load yang tidak terdeteksi, risiko penularan kepada orang lain menjadi sangat rendah, bahkan bisa dikatakan tidak menular (U=U: Undetectable = Untransmittable).
Pencegahan HIV
Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:
-
Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
-
Tidak berbagi jarum suntik atau alat suntik apapun.
-
Melakukan tes HIV secara rutin, terutama bagi yang memiliki perilaku berisiko.
-
Profilaksis PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis): Obat pencegahan untuk orang yang belum terinfeksi HIV tetapi berisiko tinggi.
-
Profilaksis PEP (Post-Exposure Prophylaxis): Obat darurat yang diminum setelah terpapar HIV, misalnya akibat hubungan seksual tanpa pengaman atau kecelakaan kerja medis.
Mengatasi Stigma dan Diskriminasi
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan HIV adalah stigma sosial yang masih kuat. Banyak orang dengan HIV yang mengalami diskriminasi di lingkungan kerja, sekolah, atau masyarakat karena ketidaktahuan orang lain tentang cara penularannya.
Padahal, orang dengan HIV yang menjalani terapi ARV secara teratur bisa hidup sehat, berkeluarga, dan bekerja seperti orang lain. Edukasi tentang HIV penting untuk mengurangi stigma serta memberikan dukungan bagi para pengidap agar tetap percaya diri dan mendapatkan perawatan yang layak.
Kesimpulan
HIV adalah penyakit serius yang menyerang sistem kekebalan tubuh, namun dengan pengobatan dan pencegahan yang tepat, penderitanya bisa tetap hidup sehat dan produktif. Kunci utama dalam menghadapi HIV adalah edukasi, deteksi dini, pengobatan teratur, serta penghapusan stigma di masyarakat.
Masyarakat perlu memahami bahwa HIV tidak menular melalui kontak biasa, dan mendukung orang dengan HIV agar tetap semangat menjalani hidup. Dengan pengetahuan dan kepedulian bersama, kita bisa mencegah penularan HIV serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan inklusif.
Baca Juga:
Leave a Reply